Template information

Google Plus

Entri Populer

Cerita Rakyat Lampung Si Pahit Lidah

Posting Komentar
Si Pahit Lidah

Di daerah Sumidang ada seorang pangeran yang sakti mandraguna, ia bernama Serunting. Ia memiliki adik ipar bernama Aria Tebing, mereka berdua berseteru dan bermusuhan karena suatu hal. Serunting iri terhadap Arya Tebing. Padahal semua itu sebenarnya tidak perlu untuk di pertengkarkan.

Aria Tebing dan Serunting masing-masing memiliki sebuah ladang, letaknya berdekatan. di tengah-tengah batas ladang mereka tumbuh tanaman Cendawan atau biasa yang disebut jamur. Ada keanehan pada tanaman Cendawan itu, bila Cendawan itu mengahadap ke ladang Aria Tebing, maka tumbuhlah menjadi logam emas yang sangat berkilauan, namun sebaliknya, jika Cendawan itu menghadap ke ladang Serunting, Cendawan itu menjadi tanaman yang jelek dan tidak berguna. Kejadian itu membuat Serunting iri dan marah kepada Aria Tebing.

“Ada apa ini?, mengapa tanaman Cendawan itu menjadi emas bila menghadap ke ladangnya dan mengapa Cendawan iitu menjadi tanaman yang tidak berguna jika mengahadap ke ladangku?” gumam Serunting.

“Aku tidak terima, ini pasti ulah Aria Tebing” imbuhnya.

Esok hari, Serunting menemui Arya Tebing dengam marah-marah, Aria Tebing pun kaget, mengapa tiba-tiba Serunting datang lalu marah-marah.

“Hei Aria, apa yang kamu lakukan kepadaku dan ladangku?, Aku sungguh kecewa padamu.” bentak Serunting.

“Memang apa yang aku lakukan kepadamu, Kak? tanya Aria Tebing.

“Kamu tidak tahu apa pura-pura tidak tahu?, Tanaman Cendawan yang tumbuh di batas lahan kita bila menghadap ladangmu menjadi emas, namun bila menghadap ladangku menjadi tanaman yang tak berguna. Ini perbuatan kamu pasti!.” jawab Serunting.

“Aku tidak ppernah berbuat seperti itu kepadamu kak.” ucap Aria Tebing.

” Kamu jangan mengelak, akui saja semua kecuranganmu. Aku menantangmu berduel 2 hari lagi. Bersiaplah.” tantang Serunting.

Aria Tebing berpikir keras, ia bingung mencari cara untuk mengalahkan Serunting yang terkenal sakti mandraguna. Dalam kebimbangannya ia mencoba untuk meyakinkan kakaknya itu, namun semua percuma karena Serunting tidak percaya kepada Aria Tebing karena iri hati telah menyelimutinya.

“Apa yang harus aku lakukan?. Serunting tetap tidak percaya denganku, selain itu ia juga sangat sakti, bagaiman aku bisa mengalahkannya?” Gumam Aria Tebing.

Akhirnya ia mendapat ide bertanya kepada istri Serunting yang juga kaka kandungnya tentang kelemahan Serunting.

“Wahai, kakakku. Aku ingin bertanya kepadamu, sebenarnya apa kelemahan Serunting?. Suamimu menantangku bertarung, jika aku kalah aku pasti akan dibunuhnya.” tanya Aria Tebing.

“Aku tidak akan mengkhianati suamiku, maaf adikku aku tidak bisa memberitahukan kepadamu.” jawab istri Serunting.

“Jika kamu tidak memberitahukan kepadaku apa kelemahan suamimu, maka pasti aku akan kalah dan dibunuh oleh suamimu. Aku berjanji, jika aku bisa mengalahkan Serunting, aku tidak akan membunuhnya.” bujuk Aria Tebing.

“Baiklah adiiku, kesaktian Serunting ada pada tumbuhan ilalang yang bergetar meskipun tidak ada angin.” jawab istri Serunting.

“Terima kasih kakakku, kau telah menyelamatkan hidupku.” ucap Aria Tebing.

Dua hari kemudian, Serunting berduel dengan Aria Tebing. Sebelum bertanding, Aria Tebing menancapkan senjatanya ke ilalang yang bergetar walau tidak ada angin, Serunting pun kalah dan terluka parah.

Serunting pun pulang dan marah kepadanya istrinya karena dikhianati, setelah itu Serunting pergi berkelana dan ia sampai di gunung Siguntang. Ia bertapa untuk mennambah kesaktiannya, di tengah pertapaanya itu terdengarllah suara ghaib.

“Hei Serunting, apakah kamu ingin mempunyai kekuatan Ghaib? terdengar suara.

“Siapakah anda?” tanya Serunting.

“Aku adalah Hyang Mahameru, jika kamu ingin kekuatan itu ada syarat yang harus kamu laksanakan” jawab Hyang Mahameru.

“Apapun syaratnya, aku setuju” ucap Serunting.

“Kamu harus bertapa dibawah pohon bambu sampai seluruh tubuhmu tertutup pohon bambu itu, sesudah itu kekuatan ghaib akan kamu dapatkan.” perintah Hyang Mahameru.

“Baiklah, aku akan melakukannya” jawab Serunting.

Tak terasa tiga tahun berlalu, Serunting masih bertapa dibawah pohon bambu, daun-daun pohon bambu sudah menyelimuti seluruh tubuhnya. Serunting tiba-tiba tersadar dan pergi dari tempat itu, sekarang ia memiliki kesaktian yang ampuh, yaitu setiap perkataannya akan menjadi nyata dan menjadi sebuah kutukan.

Ia ingin pilang ke kampung halamannya di Sumidang, di perjalanan ia mengutuk setiap orang yang dijumpainya, sekarang Serunting menjadi sombong dan angkuh karena ilmu yang dilikinya sekarang. Karena perbuatannya itu, orang-orang menjulukinya “Si Pahit Lidah”.

Namun pada suatu saat ia menyadari kesalahannya, Ia mengubah Bukit Serut yang gundul menjadi hutan kayu yang lebat. Warga sekitar oun berterima kasih kasih kepada Seruni karena telah membantunya. Serunting melanjutkan perjalanannya dan sampilah ia di sebuah desa yang bernama Desa Karang Agung, ia singgah disebuah gubuk tua yang ditinggali sepasang suami istri yang sudah tua. Hidupnya sangat miskin, kedua suami istri itu harus bekerja keras agar bisa bertahan hidup. Serunting berpura-pura meminta air minum kepada sepasang suami istri itu.

Serunting diberi seteguk air, dan untuk membalas kebaikan mereka, Serunting mengabulkan apa yang mereka inginkan. Mereka meminta dikaruniai seorang anak agar bisa meringankan perkejaan mereka. Serunting mengambil sehelai rambut sang nenek lalu mengubahnya menjadi seorang bayi.

Sepasang suami istri itu sangat berterima kasih kepada Serunting. Kini Serunting sadar bahwa ia memiliki ilmu yang tinggi untuk membantu sesama, bukan untuk kesombongan dan keangkuhan. Walau kini Serunting sadar, namun orang-orang masih menjulukinya Si Pahit Lidah.

“Gunakan ilmu yang kamu miliki untuk membantu sesama, jadikan ilmu itu bermanfaat untuk orang lain. Dan jaga ucapanmu.”

Demikianlah Cerita Rakyat Sumatera Selatan Si Pahit Lidah. Semoga bermanfaat.

Related Posts

Posting Komentar