Template information

Google Plus

Entri Populer

Kalimat Adalah Pikiran, Bukan Batu

Posting Komentar
Kalimat adalah pikiran, bukan batu

Apa hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menulis kalimat, tanya pembaca Menulis Kalimat. Ini lima kiat mendasar menulis kalimat. Pedoman pangkal: kalimat yang baik mudah dipahami.

Kalimat adalah pikiran, bukan batu. Kalimat harus encer untuk dicerna, tidak dilemparkan begitu saja seperti batu.

Kalimat yang "dilemparkan begitu saja seperti batu" adalah kalimat yang tidak jelas ujung dan pangkalnya. Contoh sederhana, katakanlah seseorang menulis:

Galau banget hari ini. Dia protes melulu. Gak bisa tidur. Nanti marah lagi, baru tahu rasa.

Keempat kalimat di atas, yang termasuk ragam bahasa tulis tidak formal, tak mudah dipahami, bahkan walaupun sudah ditulis dalam bentuk kalimat sederhana. Penyebabnya:

Siapa yang galau? Penulis atau "dia"?

Siapa yang tidak bisa tidur? Siapa yang akan marah?

Kiat menulis kalimat bahasa Indonesia

Menulis kalimat yang baik melingkupi banyak hal: mulai pemilihan kata, pola kalimat, ... hingga penggunaan tanda baca.

Tapi, standar menulis kalimat yang baik tidaklah sama apabila diterapkan pada ragam bahasa tulis yang berbeda. Penulisan fiksi dan karya jurnalistik, misalnya, berbeda pakem. Sekadar contoh, novelis tersohor sering berpesan agar penulis menghindari bentuk kalimat pasif, karena memang kalimat aktif lebih kuat dan lebih enak dibaca. Namun sebaliknya, dalam menulis berita, wartawan justru sering dengan sengaja memilih bentuk kalimat pasif—demi efek-efek tertentu sesuai kebijakan redaksi.

Lima kiat di bawah ini adalah untuk penulisan kalimat dalam ragam bahasa-tulis umum, bersifat mendasar, dan terutama untuk menjawab pertanyaan apa hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menulis kalimat.

Pokok kalimat atau subjek

Inilah unsur kalimat yang utama. Perhatikan contoh kasus kalimat tadi; subjeknya tidak jelas, pembaca pun jadi bertanya-tanya. Maka, jangan lupa untuk menulis pokok kalimat: siapa atau apa.

Jika kalimat memiliki lebih dari satu pelaku, cermatlah ketika harus memakai kata ganti orang "dia" atau "ia". Jangan sampai pembaca salah memahami "siapa" yang melakukan "apa". Apabila kalimat berpotensi membingungkan pembaca, tulislah nama si pelaku, jangan "dia".

Temanku Mawar galau banget hari ini, karena dia pacarnya Marwan protes melulu. Tadi dia Mawar meneleponku, karena dia gak bisa tidur. "Nanti aku marah lagi, baru tahu rasa dia," kata Mawar, memaksudkan Marwan.

Kata penghubung, lebih dari satu predikat

Pakailah kata penghubung, seperti dan, tetapi, karena, yang, supaya, apalagi, sebaliknya, lantas, bahwa, walaupun, dan sebagainya dalam menulis kalimat yang memiliki lebih dari satu subjek dan/atau predikat, terlebih-lebih kalimat kompleks yang beranak-pinak.

Menulis kalimat berbeda dari mengucapkan kalimat. Dalam ragam bahasa lisan, kita tidak salah mengatakan:

Dia suka nulis puisi, nggak pintar berdeklamasi, adiknya nggak tahu nulis puisi, pintar berdeklamasi.

Namun, dalam ragam bahasa tulis, kalimat itu memakai kata penghubung:

Dia suka nulis puisi, tapi nggak pintar berdeklamasi, dan sebaliknya, adiknya nggak tahu nulis puisi, tapi pintar berdeklamasi.

Tanda baca, khususnya tanda tanya dan koma

Perhatikan tanda-tanda baca dalam menulis kalimat. Meskipun tanda baca hanya satu karakter, dampaknya bisa fatal. Lihat contoh kasus kalimat tanpa tanda tanya pada artikel Lupa tanda tanya: pacar marah.

Tanda baca koma membantu memperjelas unsur-unsur kalimat. Tapi, jika koma digunakan berlebihan, makna kalimat bisa berubah. Lihat contoh kasusnya pada artikel mengenai tanda baca koma.

Menulis kalimat jernih: kosakata khusus dan hidup

Tulislah lebih banyak kata khusus daripada kata umum. Semakin terinci semakin bagus.

Menulis kalimat Semua bupati memiliki mobil adalah lebih bagus daripada Semua bupati memiliki kendaraan roda empat.

Pakailah kata-kata yang hidup. Hindari kosakata yang kabur. Jangan pamerkan jargon kalau tidak harus; tentu saja ragam bahasa tulis khusus seperti makalah ilmiah dan pembelaan pengacara di pengadilan memerlukan banyak jargon.

Karyawan masih tidak yakin apakah benar gaji mereka dinaikkan bulan depan.

Bandingkan dengan:

Karyawan masih memiliki kebimbangan apakah benar gaji mereka mengalami penyesuaian bulan depan.

Frasa tidak yakin lebih hidup daripada memiliki kebimbangan. Kata dinaikkan lebih jelas ketimbang mengalami penyesuaian.

Untuk melihat beberapa contoh kalimat yang tidak jernih karena memakai banyak jargon dan kata-kata yang tidak hidup, silakan klik artikel Kalimat tingkat dewa—pssst! Siap-siap pening membacanya.

Kalimat tepat makna: jangan mendua

Aku pernah, dan mungkin juga kau, membaca kalimat yang maknanya bisa ditafsirkan lebih dari satu. Kalimat yang baik seharusnya memiliki cuma satu makna. Penulis yang baik tidak membiarkan kalimat-kalimatnya disalahpahamkan.

Hanya sedikit penulis yang tidak diharamkan menulis kalimat mendua-makna, antara lain penulis syair. Bahkan penyair pun halal menulis kalimat yang "dilemparkan begitu saja seperti batu" atau kalimat yang tidak jelas ujung dan pangkalnya.

Tanyakan, kataku. / Kautanya, kujawab. / Tuliskan, kataku. / Kautulis, kubaca. / Bacakan, kataku. / Kaubaca, kudengarkan. / Puas sudah. / Sekarang tidurkan aku, kataku. / Kok, malah kautiduri?

Related Posts

Posting Komentar