Template information

Google Plus

Entri Populer

Penulisan nama orang: Soekarno, Soeharto, Soedirman, Tandjung

Posting Komentar
Penulisan nama orang: Soekarno, Soeharto, Soedirman, Tandjung

Apakah boleh mengubah ejaan dalam penulisan nama orang supaya sesuai dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan? Contoh kasus, menulis nama Presiden Soekarno, Presiden Soeharto, Jenderal Soedirman, dan Akbar Tandjung; apakah huruf "oe" dan "dj" bisa digantikan dengan "u" dan "j"? Apa dampaknya jika kita mengubah penulisan nama orang?

Nama orang mesti ditulis secara persis, termasuk ejaan yang dipakai ketika nama itu dibuat, kecuali si pemilik nama telah mengubahnya. Itulah yang dilakukan Presiden Soekarno semasa hidupnya.

Huruf "oe" dalam penulisan nama Soekarno dan Soeharto menggunakan Ejaan van Ophuijsen. Sekarang, sesuai Ejaan yang Disempurnakan, huruf tersebut ditulis sebagai "u".

Banyak koran Indonesia menuliskan nama Bapak Bangsa itu sebagai Sukarno, tapi masih ada juga yang bertahan dengan Soekarno. Versi manakah yang benar?

Penulisan nama yang benar: Soekarno atau Sukarno, Soeharto atau Suharto

Menurutku, nama presiden pertama Bung Karno dapat kita tulis dalam kedua versi itu: Soekarno (dengan "oe") dan Sukarno (dengan "u"). Aku berpendapat demikian karena Bung Karno sendirilah yang mengubah ejaan namanya tersebut. Menurut Wikipedia:

Di kemudian hari ketika menjadi Presiden Republik Indonesia, ejaan nama Soekarno diganti olehnya sendiri menjadi Sukarno, karena menurutnya, nama tersebut menggunakan ejaan penjajah (Belanda).

Tapi, masih mengutip Wikipedia, khusus dalam menandatangani surat-surat kenegaraan, sebagai Presiden Indonesia, Bung Karno tetap menulis namanya dalam versi yang asli: Soekarno, dengan "oe". Menurutku, dalam hal ini Presiden Soekarno sangat memahami dampak hukum dari kesemrawutan penulisan nama orang.

Sedangkan penulisan nama mendiang Presiden Soeharto tetap harus dalam ejaan lama yang menggunakan "oe", bukan Suharto dengan "u". Aku pernah mengecek surat-surat resmi yang diteken oleh Presiden Soeharto di situs-situs lembaga pemerintah kita, semisal Surat Keputusan Presiden dan Undang-Undang, ternyata menggunakan versi Ejaan van Ophuijsen: Soeharto, dengan "oe".

Ejaan nama orang: Jenderal Besar Soedirman, Akbar Tandjung

Nama Jenderal Besar TNI Anumerta Soedirman pun ditulis dalam ejaan lama yang menggunakan "oe", bukan Sudirman dengan "u".

Menulis nama mantan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Akbar Tandjung yang benar adalah dengan "dj" pada marganya, bukan Akbar Tanjung dengan "j". Namanya itu memakai Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi.

Dampak mengubah penulisan ejaan nama orang

Contohkan saja di sebuah kampung ada dua orang tua, sama-sama pendeta gereja, yang bernama mirip: Ruhut dan Roehoet. Nama pertama memakai Ejaan yang Disempurnakan, sedangkan nama kedua dengan Ejaan van Ophuijsen.

Suatu hari wartawan koran lokal menulis berita: "Pdt. Ruhut dilaporkan ke polisi, diduga korupsi dana gereja." Keluarga dan kenalan Pendeta Ruhut yang membaca berita koran itu heboh. Padahal yang diadukan adalah Pdt. Roehoet. Si wartawan pun digugat ke pengadilan.

Related Posts

Posting Komentar